Doa Malaikat Islam

Nama dan Tugas Malaikat

Nama dan tugas Malaikat dalam agama Islam sebagai berikut.

Pertama, adalah Malaikat Jibril yang memiliki tugas untuk menyampaikan wahyu kepada Rasul-Rasul Allah SWT. Pada zaman modern ini telah tak ada lagi Nabi atau Rasul. Sebab, Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir dan telah wafat ribuan tahun silam. Malaikat Jibril juga memiliki tugas selain menyampaikan wahyu kepada Rasul-Rasul Allah SWT, adapun tugas yang dimaksud adalah akan meniupkan roh ke dalam janin di dalam kandungan.

Malaikat Mikail memiliki tugas untuk memberikan rezeki kepada makhluk hidup di bumi. Malaikat Mikail bertugas memberikan rezeki kepada setiap makhluk hidup di muka bumi, tidak hanya pada manusia, tetapi juga pada hewan, tumbuhan dan yang lainnya.

Semuanya kemudian akan mendapatkan rezekinya masing-masing melalui Malaikat Mikail. Tak hanya dalam memberikan rezeki, atas izin Allah SWT, Malaikat Mikail juga bertugas dalam mengatur panas, hujan serta tanaman yang ada di bumi.

Malaikat Israfil dengan tugas dalam menjaga dan meniup sangkakala di hari kiamat. Sangkakala sendiri sejenis terompet yang ukurannya cukup besar. Ketika Allah SWT sudah memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala, maka saat itu juga akan datang hari kiamat.

Pada hari kiamat tiba, seluruh makhluk hidup yang bernyawa yang ada di dunia ini akan mati. Kemudian, setelah meniup sangkakala yang pertama, Allah SWT akan menghidupkan kembali Malaikat Israfil untuk meniup kembali sangkakala. Ketika sangkakala yang kedua sudah ditiup, maka semua makhluk hidup akan dibangkitkan kembali. Pada saat itulah yang dinamakan sebagai hari kebangkitan.

Selanjutnya nama Malaikat yang wajib diimani adalah Malaikat Izrail. Tugasnya adalah mencabut nyawa seluruh makhluk hidup yang ada di dunia. Tidak ada satu makhluk pun yang kemudian akan terlewat dari takdirnya untuk meninggal dunia jika sudah waktunya.

Ketika makhluk hidup akan meninggal dunia, maka Malaikat Izrail kemudian akan mendatangi makhluk tersebut serta mencabut nyawanya. Malaikat Izrail bisa dibilang juga menjadi Malaikat yang namanya cukup dikenal diantara nama Malaikat lainnya. Malaikat Izrail sebagai Malaikat yang sangat patuh kepada perintah Allah SWT, termasuk diantaranya mencabut nyawa makhluk Allah.

Malaikat Munkar memiliki tugas menanyai orang di dalam kubur serta berbuat berbagai keburukan. Setelah nyawa manusia dicabut oleh Malaikat Izrail dan ia meninggal dunia, maka di dalam kubur, ia akan bertemu dengan Malaikat Munkar yang akan mempertanyakan keimanan serta mendatangi manusia yang kerap berbuat keburukan dalam hidupnya.

Dalam Alquran sendiri dideskripsikan, Malaikat Munkar sebagai suatu sosok menyeramkan yang membawa palu godam sebagai senjatanya. Ia kemudian akan bertanya kepada manusia dan jika sang manusia tak dapat menjawab, Malaikat Munkar kemudian akan memukul kepala manusia itu dengan menggunakan senjatanya hingga hancur.

Tak berhenti di situ, manusia kemudian akan dibangkitkan kembali dan ditanya berbagai pertanyaan yang sama. Malaikat Munkar kemudian akan memukulkan senjatanya jika manusia tak bisa menjawab. Begitu seterusnya hingga Hari Kebangkitan tiba.

Malaikat Nakir bertugas menanyakan orang di dalam kubur dalam berbuat kebaikan. Kebalikan dari Malaikat Munkar, Malaikat Nakir yang akan datang ke alam kubur serta menanyakan manusia soal kebaikannya.

Dikisahkan dalam Alquran, Malaikat Nakir kemudian akan memiliki wajah yang ramah serta menyenangkan. Diceritakan pula, jika manusia kemudian didatangi oleh Malaikat Nakir, maka orang tersebut akan masuk ke surganya Allah.

Malaikat Raqib, bertugas mencatat berbagai amal baik manusia selama ia hidup di dunia. Dikisahkan dalam Alquran, catatan amal baik ini kemudian akan dibuat oleh Malaikat Raqib yang nantinya akan menjadi penyelamat serta pertimbangan seseorang untuk masuk surga.

Malaikat Atid bertugas mencatat amalan-amalan buruk yang pernah dilakukan oleh manusia selama hidup di dunia. Kebalikan dari Malaikat Raqib, Malaikat Atid akan mencatat semua amalan buruk yang dilakukan manusia selama ia masih hidup di dunia. Keburukan serta kejahatan sekecil apa pun tak luput dari catatan Malaikat Atid.

Malaikat kesembilan yang wajib diimani adalah Malaikat Malik. Tugas Malaikat Malik adalah menjaga pintu neraka.

Hal ini sesuai dengan surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu serta keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia serta batu, penjaganya adalah Malaikat-Malaikat yang kasar, yang keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka serta senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Neraka adalah tempat bagi mereka yang semasa hidupnya selalu berbuat buruk serta tidak beriman kepada Allah SWT.

Malaikat Ridwan, memiliki tugas menjaga pintu surga. Dalam Alquran, surga digambarkan sebagai tempat yang indah serta merupakan hadiah bagi mereka yang selalu beriman kepada Allah SWT semasa waktu hidupnya.

Malaikat dalam Al-Qur’an: Seri Makhluk Ghaib

Al-Qur’an menginformasikan bahwa jin, setan, dan Malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah, bahkan diciptakan lebih dulu daripada manusia. Jadi, persoalannya bukan pada ada atau tidaknya wujud tersebut, tetapi lebih pada bagaimana kita menyikapi keberadaan mereka dengan cara yang benar. Buku ini membahas tentang keberadaan Malaikat terkait dengan kehidupan manusia. Di dalamnya diuraikan berbagai hal, mulai dari mengimani keberadaannya, kemampuannya, jenis Malaikat dan fungsinya, serta hubungan Malaikat dengan aktivitas manusia.

Mengundang Malaikat ke Rumah

“Bagi manusia ada Malaikat-Malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah …” (QS. ar-Ra’d: 11) Setiap muslim pasti mendambakan rumah yang senantiasa dihadiri oleh para Malaikat Allah dan dijauhkan dari syaitan! Kehadiran Malaikat akan membuat rumah kita laksana surga. Kehadiran mereka di rumah akan melahirkan aura ketenteraman, kesejukan, dan kedamaian ruhani. Dapatkah kita mengundang kehadiran Malaikat? Bagaimana agar Malaikat bersedia hadir dan mengunjungi rumah kita? Bagaimana mewujudkan rumah yang penuh keberkahan? Amal-amal apa saja yang bisa menghadirkan Malaikat? Insya Allah, buku ini mampu memotivasi diri untuk lebih giat melakukan amal-amal kebajikan dan menjadikan rumah kita laksana surga… “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi Malaikat, dijauhi syaitan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi Malaikat dan akan didatangi syaitan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan al-Quran.” (HR. ad-Darimi)

Malaikat dalam Al-Qur’an: Seri Makhluk Ghaib

Al-Qur’an menginformasikan bahwa jin, setan, dan Malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah, bahkan diciptakan lebih dulu daripada manusia. Jadi, persoalannya bukan pada ada atau tidaknya wujud tersebut, tetapi lebih pada bagaimana kita menyikapi keberadaan mereka dengan cara yang benar. Buku ini membahas tentang keberadaan Malaikat terkait dengan kehidupan manusia. Di dalamnya diuraikan berbagai hal, mulai dari mengimani keberadaannya, kemampuannya, jenis Malaikat dan fungsinya, serta hubungan Malaikat dengan aktivitas manusia.

Malaikat Termasuk ke dalam Makhluk Gaib

Iman kepada Malaikat Allah SWT berarti kita juga mempercayai dengan sepenuh hati bahwa kita percaya atas kebesaran Allah SWT, jika seseorang kemudian tidak percaya adanya Malaikat Allah SWT, maka orang tersebut tidak dikatakan sebagai orang yang mukmin atau beriman.

Malaikat yang diciptakan Allah SWT sudah ada sebelum manusia diciptakan. Penciptaan Malaikat juga berbeda dengan manusia, Allah SWT dalam menciptakan Malaikat berasal dari nur atau cahaya.

Dikutip dari buku Rahasia Alam Malaikat Jin serta Setan karya Umar Sulaiman, Malaikat termasuk ke dalam makhluk gaib. Artinya, mereka kemudian tidak terlihat, dan tidak bisa diraba, serta tidak bisa dirasa oleh panca indera manusia, jasad Malaikat halus serta dapat berubah-ubah. Para Malaikat juga bukan laki-laki atau perempuan. Allah SWT juga menciptakan Malaikat dalam wujud yang indah. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Yusuf ayat 31.

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـًٔا وَءَاتَتْ كُلَّ وَٰحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ ٱخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُۥٓ أَكْبَرْنَهُۥ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَآ إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

Artinya: Maka saat wanita-wanita itu melihatnya, mereka akan merasa kagum kepada (keelokan rupa)nya serta mereka akan melukai (jari) tangannya dan berkata: ‘Maha sempurnalah Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tak lain adalah Malaikat yang mulia’. (QS. Yusuf: 31).

Malaikat Termasuk ke dalam Makhluk Gaib

Iman kepada Malaikat Allah SWT berarti kita juga mempercayai dengan sepenuh hati bahwa kita percaya atas kebesaran Allah SWT, jika seseorang kemudian tidak percaya adanya Malaikat Allah SWT, maka orang tersebut tidak dikatakan sebagai orang yang mukmin atau beriman.

Malaikat yang diciptakan Allah SWT sudah ada sebelum manusia diciptakan. Penciptaan Malaikat juga berbeda dengan manusia, Allah SWT dalam menciptakan Malaikat berasal dari nur atau cahaya.

Dikutip dari buku Rahasia Alam Malaikat Jin serta Setan karya Umar Sulaiman, Malaikat termasuk ke dalam makhluk gaib. Artinya, mereka kemudian tidak terlihat, dan tidak bisa diraba, serta tidak bisa dirasa oleh panca indera manusia, jasad Malaikat halus serta dapat berubah-ubah. Para Malaikat juga bukan laki-laki atau perempuan. Allah SWT juga menciptakan Malaikat dalam wujud yang indah. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Yusuf ayat 31.

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـًٔا وَءَاتَتْ كُلَّ وَٰحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ ٱخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُۥٓ أَكْبَرْنَهُۥ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَٰشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَآ إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

Artinya: Maka saat wanita-wanita itu melihatnya, mereka akan merasa kagum kepada (keelokan rupa)nya serta mereka akan melukai (jari) tangannya dan berkata: ‘Maha sempurnalah Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tak lain adalah Malaikat yang mulia’. (QS. Yusuf: 31).

Malaikat Memiliki Sayap

Selain itu, Malaikat-Malaikat Allah SWT juga memiliki sayap-sayap yang demikian indah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Fathir ayat 1.

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: Segala puji bagi Allah Pencipta bumi dan langit, yang kemudian akan menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (yang akan mengurus berbagai macam urusan) serta mempunyai sayap, dimana masing-masing dua, tiga dan empat. Allah juga menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang kemudian dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1).

Fungsi Iman kepada Malaikat Iman kepada Malaikat diantaranya adalah yakin serta membenarkan bahwa Malaikat itu diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur). Selain itu, fungsi iman kepada Malaikat Allah SWT lainnya adalah selalu melakukan perbuatan baik serta selalu tidak berusaha untuk tidak melakukan berbagai perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh Malaikat.

Dengan berupaya masuk ke surga yang dijaga oleh Malaikat Ridwan serta bertakwa dan beriman kepada Allah SWT dan berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qadar dengan meningkatkan keikhlasan, keimanan, serta kedisiplinan, maka kita sudah berusaha untuk bertakwa kepada Allah.

Selain itu, selalu berpikirlah serta berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan yang baik atau perbuatan buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Demikian pembahasan tentang tugas Malaikat beserta beberapa hal yang terkait dengan Malaikat. Setelah membaca artikel ini sampai selesai, semoga bermanfaat bagi Grameds. Kamu juga bisa mencari buku-buku terkait dengan Malaikat atau tentang Islam di Gramedia.com dan dapatkan informasi #LebihDenganMembaca bersama Gramedia.

Malaikat Memiliki Sayap

Selain itu, Malaikat-Malaikat Allah SWT juga memiliki sayap-sayap yang demikian indah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Fathir ayat 1.

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: Segala puji bagi Allah Pencipta bumi dan langit, yang kemudian akan menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (yang akan mengurus berbagai macam urusan) serta mempunyai sayap, dimana masing-masing dua, tiga dan empat. Allah juga menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang kemudian dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1).

Fungsi Iman kepada Malaikat Iman kepada Malaikat diantaranya adalah yakin serta membenarkan bahwa Malaikat itu diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur). Selain itu, fungsi iman kepada Malaikat Allah SWT lainnya adalah selalu melakukan perbuatan baik serta selalu tidak berusaha untuk tidak melakukan berbagai perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi oleh Malaikat.

Dengan berupaya masuk ke surga yang dijaga oleh Malaikat Ridwan serta bertakwa dan beriman kepada Allah SWT dan berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qadar dengan meningkatkan keikhlasan, keimanan, serta kedisiplinan, maka kita sudah berusaha untuk bertakwa kepada Allah.

Selain itu, selalu berpikirlah serta berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan yang baik atau perbuatan buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Demikian pembahasan tentang tugas Malaikat beserta beberapa hal yang terkait dengan Malaikat. Setelah membaca artikel ini sampai selesai, semoga bermanfaat bagi Grameds. Kamu juga bisa mencari buku-buku terkait dengan Malaikat atau tentang Islam di Gramedia.com dan dapatkan informasi #LebihDenganMembaca bersama Gramedia.

Buku-Buku Terkait Malaikat

MENDULANG DOA MALAIKAT

Oleh Ustadz Muhammaad Yassir, Lc

Doa adalah senjata Mukmin. Permintaan yang dipanjatkan kepada Allâh Azza wa Jalla , dengan bersimpuh di hadapan-Nya; penuh rasa tunduk dan menghamba pada-Nya. Doa yang kita haturkan pada Allâh Subhanahu wa Ta’ala pasti disetai harapan penuh agar dikabulkan oleh-Nya, baik terkait keinginan dunia apalagi keinginan di akhirat kelak.

Banyak jalan yang ditempuh orang dalam usaha bagaimana mendapatkan doa yang mustajab (yang dikabulkan Allâh Subhanahu wa Ta’ala ), di antara jalan yang diusahakan adalah menitipkan doa.

Tidak sedikit di atara jamaah haji yang mendapatkan lembaran-lembaran kertas yang berisikan titipan doa dari sanak keluarga dan juga para tetangga. Mereka semua mengharapkan doa titipan itu dipanjatkan di tanah suci Mekkah dan Madinah. Pinta doa itu supaya dipanjatkan di Masjid Nabawi; di Raudhah; di depan Ka’bah ; di tanah Arafah dan tempat lainnya di tanah suci.

Namun tidak jarang orang yang dititipi ini terlihat kurang khusyu’ dalam doanya, mungkin karena begitu banyak titipan yang harus diingat atau dibacakan, akhirnya doa dia hanya bertujukan untuk memenuhi permintaan bukan agar doa itu diterima. Sehingga membuat ia berdoa ala kadarnya, yang penting ketika pulang dari haji nanti jika ditanya, “kamu doakan saya ngak?” maka ia bisa menjawab, “Ya, doa titipan kamu telah saya panjatkan”.

Sebegitu semangatnya keinginan orang agar ada orang lain yang berdoa untuk dirinya,  apalagi bila orang yang berdoa itu adalah orang yang terkenal shaleh; rajin ibadah sholat malam; seorang alim Ulama.

Namun, apa hukumnya meminta didoakan orang lain?

Syaikh Shaleh Alu Syaikh hafizhahullah pernah ditanya akan hal ini, beliau menjawab:

“Para Ulama mengatakan, pada dasarnya perbuatan ini makrûh hukumnya. Kalaukita perhatikan dari sirah para sahabat Nabi dan para tâbi’in, mereka tidak suka bila dimintai doa bahkan melarangnya dan terkadang mereka berkata, “Apakah kami ini para Nabi, hingga kalian minta didoakan?” seperti yang pernah diucapkan Huzaifah Radhiyallahu anhu dan Muadz Radhiyallahu anhu. Imam Mâlik bin Anas rahimahullah jika dimintai doa, maka beliau rahimahullah  akan melarang orang tersebut. Ini bertujuan agar orang lain tidak menggantungkan hatinya pada Imam Mâlik rahimahullah. Karena yang pantas untuk diharapkan doa adalah dari para Nabi.”[1]

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa sebenarnya tidak berdosa meminta didoakan orang lain, karena perbuatan itu boleh saja. Hanya saja perbuatan itu tidak diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla , bahkan kita dilarang meminta-minta pada orang lain, seperti dilarang meminta harta. Adapun bila permintaan doa itu bertujuan agar orang yang berdoa juga mendapatkan pahala, maka perbuatan seperti itu terpuji. Berbeda halnya bila maksud permintaanya hanya bertujuan agar terpenuhi keinginan pribadi saja dari doa itu.[2]

Bagaimana Kalau Malaikat Yang Mendoakan? Dalam pembahasan ini, kita bukan sedang meminta agar orang lain mendoakan kita. Tapi, bagaimana bila yang berdoa untuk kita adalah para Malaikat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , tanpa harus kita minta titipan?

Kira-kira apa tanggapan anda jika didoakan oleh para malaikat? Makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang sangat taat kepada-Nya, tidak pernah bermaksiat dan senantiasa melaksanakan perintah-Nya. Pasti dan sangat pasti, kita akan kegirangan dan gembira menyambut doa dari mereka apalagi jika doa tersebut dipanjatkan tanpa harus ada titipan terlebih dahulu.

Malaikat adalah makhluk gaib. Kita wajib mengimani akan adanya para malaikat, walaupun kita tidak pernah melihat mereka. Inilah keistimewaan orang Muttaqin (orang-orang yang bertaqwa) dibandingkan manusia lainnya, yaitu beriman pada hal ghaib, yang salah satunya adalah beriman kepada malaikat.

Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang kehidupan dan aktifitas malaikat, tidak boleh sembarangan, namun harus berdasarkan dalil dari al-Qur’ân dan Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Telah disebutkan dalam dalil-dalil hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malaikat akan mendoakan untuk kaum Muslimin di saat-saat tertentu.

Berikut ini adalah beberapa keadaan dan amalan yang membuat kita bisa mendulang doa dari para malaikat.

1. Berada di masjid dalam keadaan suci dari hadats Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ

Malaikat akan selalu berdoa untuk orang yang berada di masjid atau mushalla tempat ia shalat, selama ia belum batal wudhu’nya saat duduk di sana. Para malaikat akan berdoa dengan mengucapkan, “Ya Allâh, ampunilah dia dan limpahkan rahmat-Mu kepadanya”. (HR. al-Bukhâri, no. 434)

Masjid adalah tempat terbaik di muka bumi. Tidak ada salahnya bila kita berdiam lama di dalamnya, apalagi jika bertujuan untuk menunggu shalat berikutnya, karena dengan demikian juga bisa mendulang pahala besar.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أَدُلُّكُمْ بِمَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ:

Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang bisa menghapus dosa dan mengangkat derajat kalian di hadapan Allâh Azza wa Jalla ?

Para sahabat menjawab, “Tentu, kami mau wahai Rasûlullâh.”

Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاط

Menyempurnakan wudhu walaupun di saat kalian lagi tidak suka menyentuh air; memperbanyak langkah menuju masjid; dan tetap menanti shalat setelah melaksanakan shalat, karena semua perbuatan itu adalah ribâth, karena semua perbuatan itu adalah ribâth, karena semua perbuatan itu adalah ribâth (HR. Muslim, no. 251)

Yang dimaksud ribâth adalah menahan diri dalam perbuatan taat, seperti para penjaga tapal batas negara Islam dari serangan musuh.

2. Mendoakan orang lain tanpa diketahui oleh orang yang bersangkutan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan dia, maka malaikat akan ikut mengaminkan doa tersebut seraya juga berdoa, “Semoga kamu juga mendapatkan seperti yang engkau doakan untuk saudaramu” (HR. Abu Daud, no. 1536)

Hikmah besar yang dapat kita petik dari amalan “berdoa untuk orang lain tanpa diketahui oleh orang tersebut” adalah, ikhlas, tanpa tekanan, tanpa pamrih, jauh dari sifat hasad.

Ibnu Taymiyah rahimahullah berkata, “Mendoakan untuk orang lain tanpa sepengtahuan dia, jauh lebih besar pengaruh untuk diterima dibandingkan dengan doa di hadapan orang yang bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan doa jarak jauh itu lebih sempurna ikhlasnya, dan lebih bisa jauh dari syirik (riya). Mana bisa disamakan antara orang berdoa untuk orang lain tanpa diminta dengan orang yang mendoakan karena di hadapannnya ada orang yang meminta titipan doa.[3]

Lihatlah, betapa dalam rasa ukhuwah seorang yang rela menyisihkan waktu dalam doanya untuk orang lain. Tidak ada rasa canggung pada dirinya ketika tahu temannya butuh rumah, ia panjatkan doa di keheningan malam, “Ya Allâh, temanku butuh rumah, berikanlah padanya rumah.”

Ketika tahu temannya butuh mobil, ia tengadahkan tangannya seraya berucap, “Ya Allâh, temanku itu butuh mobil, lapangkanlah rezekinya agar ia bisa membeli mobil”

Perbuatan yang mulia ini akan secara langsung dibalas oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala di dunia, yaitu dengan adanya malaikat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang akan ikut mendoakan dia seperti doanya untuk temannya.

Wahai saudaraku kaum Muslimin! Rahmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala itu maha luas, tidak akan pernah berkurang bila sebagian dari rahmat itu engkau pintakan untuk saudaramu; Tidak akan terhalangi nikmat itu menuju ke arahmu dikarenakan dalam doamu engkau arahkan ke saudaramu.

3. Berdoa saat keluar dari rumah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ. قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ

Kalau seseorang keluar rumah seraya berdoa :

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Dengan nama Allâh, aku bertawakkal kepada-Nya, tidak ada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allâh. Maka malaikat akan berdoa untuk dia dengan ucapan, “Semoga engkau diberikan petunjuk, dipenuhi keinginanmu dan dilindungi Allâh”. Maka, yang terjadi adalah setan semua menghindar darinya sambil berkata pada teman-temannya, “Bagaimana bisa kalian menyesatkan orang yang telah diberi petunjuk, dipenuhi keinginannya, dan dilindungi oleh Allâh.” (HR. Abu Daud, no. 5097)

4. Berinfak setiap pagi hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Di setiap pagi hari, ada dua malaikat yang turun ke bumi, mereka berdoa, yang satu mengucapkan, “Ya Allâh, berikanlah balasan yang lebih baik untuk orang yang berinfa  di jalan-Mu.” Sedangkan yang satunya lagi mengucapkan, “Ya Allâh, berikanlah kehancuran dalam harta orang yang menahannya” (HR. al-Bukhâri dan Muslim)

Seringnya, kalau kita berinfak, pasti ada harapan kalau orang yang kita berikan dana tersebut mendoakan kita agar rezeki kita bertambah lancar, bahkan terkadang kita tidak malu-malu minta didoakan, karena merasa sudah berjasa atau meminta balas budi berupa doa.

Dengan mengetahui hadits di atas. Maka, janganlah merasa khawatir bila kita berinfak, karena ada malaikat Allâh Azza wa Jalla yang senantiasa mendoakan kita.

5. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

Sungguh Allâh Azza wa Jalla dan para malaikatnya serta seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut di lubangnya dan ikan dilautan akan bershalawat (berdoa) untuk orang yang mengajarkan ilmu bermanfaat (HR. Tirmizi, no. 2685)

Para Ulama mengatakan, shalawat dari Allâh Azza wa Jalla adalah pujian-Nya di hadapan para malaikat-Nya, sedangkan shalawat para malaikat adalah doa mereka untuk orang yang bersangkutan.

Kepada semua para guru, pengajar dan pendidik. Jangan khawatir kalau terkadang jasamu dilupakan oleh anak muridmu. Karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah lupa. Dan banyak makhluk Allâh Subhanahu wa Ta’ala lain yang akan mengenang jasa engkau dan berdoa selalu untuk engkau.

6. Shalat di shaf pertama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأوَّلِ

Sungguh Allâh Azza wa Jalla dan para malaikatNya akan bershalawat untuk orang yang shalat di saf-saf urutan pertama

Keutamaan shaf pertama pantas untuk diperlombakan, atau diundi. Karena besar sekali keutamaannya namun sedikit tempatnya, tidak bisa ditempati oleh semua orang.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا عَلَيْهِ

Seandainya orang-orang tahu pahala dan ganjaran yang akan mereka dapatkan dari adzan dan shalat pada shaf pertama, sedangkan mereka tidak bisa memperolehnya selain dengan cara diundi terlebih dahulu, maka mereka akan mengadakan undian untuk berebutan mendapat adzan dan shaf pertama (HR. al-Bukhâri, No: 590)

Inilah beberapa amalan yang dapat kita usahakan agar kita termasuk orang yang didoakan oleh malaikat Allâh. Jumlah yang kami sebutkan di tulisan ini bukan berarti untuk membatasi, namun inilah yang kami dapatkan dari dalil yang kam ketahui. Bila ada dalil lain yang shahih semakna dengan pembahasan ini, maka kami akan menerimanya dengan lapang dada.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVIII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Lihat, kitab at-Tamhîd li syarh Kitâb Tauhîd [2] Lihat Majmû’ Fatâwâ (1/134 [3] Majmû’ Fatâwâ, 1/328

Doa Malaikat Tuhan atau Doa Angelus adalah salah satu devosi untuk menghormati penjelmaan Tuhan menjadi manusia, dan didoakan tiga kali dalam sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari, ketika lonceng dibunyikan. Doa Malaikat Tuhan terdiri dari tiga kali doa Salam Maria yang diselingi dengan beberapa ayat, jawaban, dan sebuah doa. Istilah "Angelus" berasal dari kata pertama dari doa ini dalam bahasa Latin.

Kebiasaan untuk mendoakan doa pada pagi hari dimulai di Parma, pada tahun 1318, ketika tiga kali doa Bapa Kami dan tiga kali doa Salam Maria diperintahkan untuk didoakan, untuk mendapatkan berkat kedamaian. Lonceng yang memberikan tanda dikenal sebagai Peace Bell. Hal serupa juga ditetapkan oleh Uskup Agung Arundel pada tahun 1399.

Lonceng yang dibunyikan pada siang hari dimaksudkan untuk memanggil orang-orang beriman untuk melakukan meditasi sebagai peringatan akan sengsara Yesus, dan hanya dibunyikan pada hari Jumat. Tetapi setelah beberapa saat, lonceng juga dibunyikan pada hari-hari lainnya.

Pada awalnya Doa Malaikat Tuhan hanya terdiri dari bagian pertama doa Salam Maria yang diulang tiga kali. Doa ini didoakan untuk keberhasilan para tentara Salib dalam peperangan pada masa itu.